Sabtu, 07 April 2018

Tour de Temples; Menyambangi Candi-candi yang Tersembunyi

Gambar diambil dari buku Jawa Tempo Doeloe, Komunitas Bambu

Tahun 1815, negarawan Inggris Sir Thomas Stamford Raffles menuliskan tentang reruntuhan Candi Prambanan tak jauh dari Kali Opak. Sekarang, komplek candi Hindhu yang bernama asli Shivagrha (rumah Siwa, Bahasa Sansekerta) itu disebut-sebut termegah dan terbesar di Indonesia. Secara pribadi, candi yang terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan saksi bisu saat nglaju sekitar empat tahun Klaten – Jogja untuk menimba ilmu di UGM. Aku pun pernah beberapa kali menjadi local guide sewaktu mahasiswa di sini.

Kemegahan arsitektur batuan bertingkat tanpa semen yang seolah melambai-lambai dan tersenyum pada siapa saja itu nyatanya berbanding terbalik dengan mitos yang menyemat. Bahwa, siapa saja yang sedang pacaran bertandang ke Candi Prambanan akan putus atau tak akan sampai ke jenjang pernikahan. Hal ini terkait pada kisah kasih tak sampai Bandung Bondowoso pada Loro Jonggrang sekitar abad ke-9 atau tahun 850 masehi masa Wangsa Sanjaya. Kutukan Bandung Bondowoso yang ditolak cintanya mewujud pada arca Loro Jonggrang untuk menggenapi seribu candi permintaan dara jelita itu sendiri. Candi Loro Jonggrang atau Candi Sewu  ini bisa ditemui di bagian belakang komplek Candi Prambanan.

Mitos ini pun masih dipercaya masyarakat sekitar hingga kini. Termasuk Buk’e yang mewanti-wanti agar aku tak menemani abah (masih calon mertua saat itu) yang sangat ingin main ke Candi Prambanan usai lamaran. Lalu aku teringat kata salahsatu guru saat SMA, bahwa yang menyebabkan putus itu bukan karena mitosnya tapi karena saat berwisata ke Candi Prambanan kita akan bertemu pelancong lain yang lebih cantik atau ganteng dari pasangan kita. Sehingga dengan kata lain goyahlah rasa cinta. Hmmm logis juga kan ya :D

Bicara tentang candi, masih banyak lho serpihan candi-candi di sekitar Candi Prambanan dan Kraton Ratu Boko. Memang kalah familiar sih tapi pesonanya jangan salah. Nah, ini lima di antaranya yang aku kunjungi belum lama ini sewaktu pulang kampung di Klaten dari Bandung.


Candi Plaosan, Bukti Cinta Sejati Nan Abadi

Perpaduan arsitektur Hindhu dan Budha di Candi Plaosan Lor

Kalau teman suka memperhatikan, candi ini pernah menjadi ikon RCTI kalau menyudahi atau memulai acara. Pernah juga sih menjadi salahsatu setting FTV SCTV berjudul Backpaker Kece Tapi Kere :D Kompleksnya memang tak sebesar Candi Prambanan, tapi cerita dibaliknya tak kalah menarik lho. Jika Candi Prambanan identik dengan kasih tak sampai, kalau di Candi Plaosan sebaliknya. Kalau kalian ingin langgeng dengan pasangan hayuk segera diagendakan ke sini. Kenapa bisa begitu? Karena candi ini menjadi simbol cinta sejati yang abadi, walaupun berbeda tapi bukan alasan untuk tak bisa bermahligai. Bangunan ini juga bisa melambangkan toleransi antar umat beragama sejak dulu. Rakai Pikatan yang juga memulai pendirian Candi Prambanan adalah pemuja Siwa atau Hindu, sedangkan Pramoedhawardhani merupakan penganut Budha dari wangsa Syailendra. Candi ini berdiri pada masa Kerajaan Medang atau Mataram kuno.

Cinta kasih tersebut diwujudkan dalam bangunan candi kembar.  Di sebelah utara menggambarkan perempuan dan sebelahnya menggambarkan laki-laki. Di kompleks ini teman pejalan akan menjumpai perpaduan arsitektur Hindhu dan Budha, misalnya candi perwara yang identik dengan Hindhu dan adanya stupa di beberapa bagian yang identik dengan Budha seperti di Candi Borobudur. Historinya mirip-mirip pembangunan Taj Mahal oleh Sultan Moghul Shah Jahan kepada istrinya di Agra, India. Teman pejalan kepingin gak? Walau pasangan kita belum bisa memberikan seperti Mbah Harto (Presiden pertama RI) yang membuatkan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) buat Ibu Tien, seenggaknya supaya selalu kasih sayang sepanjang masa ya. Mungkin dengan harapan demikian, beberapa kali, aku menjumpai di sekitaran tempat ini untuk lokasi pengambilan gambar pre-wed.

Ohya, jam terbaik ke sini adalah sunrise dan sunset yang instagramable, kalau siang panas begitu terik sehingga harus membawa topi atau bisa membeli di lapak-lapak souvenir yang ada di sekitaran candi.
Jika kita berjalan sekitar 200 meter ke arah selatan terdapat komplek Candi Plaosan Kidul. Tak sebesar Candi Plaosan Lor dan belum banyak informasi untuk candi ini. Masuknya pun bebas dan tidak berbayar. Kalau teman pejalan ada yang tahu tentang Candi Plaosan Kidul sharing di kolom komentar ya.

Reruntuhan di Candi Plaosan Kidul

Candi Barong, Perlambang Kesuburan

Salahsatu bangunan di komplek Candi Barong

Letaknya mblusuk melewati hutan jati dengan ciri khasnya perbukitan tandus dan karst. Untuk ke sini keluar dari Candi Prambanan ambil jalan ke arah kiri sebelum gapura perbatasan (depan toko emas), ikuti saja terus, jalannya sudah beraspal. Akan mulai naik mengawali jajaran pegunungan kidul melewati Abhyagiri, terus saja sampai menemukan Candi Barong di kanan jalan. Sebab,  waktu kami ke sini, kami malah takut kesasar karena sudah jarang pemukiman dan jalanan yang lengang.

Lokasi candi berada setelah reruntuhan Candi Sambirejo yang tengah di restorasi. Candi Barong menghadap ke arah terbenamnya sang mentari. Kiat ke sini saat sunset bakal tak terlupakan deh. Matahari perlahan akan terbenam di balik bukit-bukit tak kalah dengan scene yang biasa di film-film. 

Awalnya candi ini bernama Suragedug, tapi karena banyaknya hiasan kala atau barong di sekeliling candi kemudian dinamakan Candi Barong (Bakhruang, baruang, dalam Bahasa Kawi kebaikan atau kemenangan). Kemungkinan penduduk juga mengharapkan kemenangan dengan hasil ladang. Sebab, bangunan Hindhu yang dibangun sekitar abad 8-9 ini digunakan untuk memuja Dewa Wishnu (pemelihara) dan istrinya Dewi Laksmi (kesuburan). Mengingat kondisi geografi yang kurang subur. Sehingga candi ini dikenal juga dengan Candi Perlambang Kesuburan.

Hmmm... dari pelataran candi utama ke arah tenggara kita bisa melihat tebing breksi yang lagi ngehits itu nun di kejauhan. Kalau teman pejalan menggunakan motor trail atau mobil off road bisa langsung ke tebing breksi tembus ke Candi Ijo dengan mengikuti jalan di depan Candi Barong ini. Tapi, kalau tidak mending balik lagi yah. Begitu turun bukit cari dan ambil jalan ke kanan untuk memotong ke Jalan Raya Piyungan (Ratu Boko)

Candi Ijo, Candi Tertinggi di Jogja

Bangunan utama di Candi Ijo

Candi Ijo (hijau) berada di perbukitan Batur Agung. Candi ini begitu kita belok kiri dari jalan raya Prambanan - Piiyungan sudah terlihat dari bawah. Sempetin mndongak ke atas ya. Petunjuk dari papan dishub jelas dan jalanan sudah mulus tapi hati-hati karena jalanan akan terus menanjak dengan kiri kanan pemandangan yang ciamik. Begitu melewati tebing breksi di kiri jalan tak lama akan sampai di Candi Ijo, persis di puncak bukit Gumuk Ijo. Karena itu candi ini dinamakan Candi Ijo.
Saking tingginya drone tidak diperbolehkan di sini kecuali izin. Kata petugas candi karena takut menganggu lalu lintas penerbangan. Dari sini, teman pejalan bisa menghadapkan wajah ke arah barat bawah dan melihat landasan pacu Bandara Adi Sucipto. Di arah utara Gunung Merapi begitu kokoh.

Nah, masih kata petugas candi, candi ini merupakan candi tertinggi di Yogyakarta dan sekitarnya yaitu berada pada ketinggian kurang lebih 425 mdpl. Kita di puncak!!!

Di teras utama bangunan terdiri dari satu candi utama dan tiga perwara atau pengapit. Di dalam ruangan Candi Ijo terdapat lingga yoni yang merupakan simbol kesuburan. Perwara bagian tengah melindungi arca nandi (kendaraan Dewa Wisnu), di sebelah kiri berisi singgasana, dan perwara paling kanan merupakan sumuran.

Tak jauh dari kompleks Candi Ijo terdapat Situs Sumur Bandung. Kalau mau ke sini sedikit trekking di jalanan setapak yang biasa dilalui warga mencari kayu bakar. Dalam perjalanan kembali dari Sumur Bandung karena cuaca mendadak ekstrim dari panas menjadi hujan petir kami hampir tersesat. Untunglah, ada ibu-ibu yang memanggul kayu, memberitahu kalau kami salah jalan dan menyuruh kami kembali untuk mengikuti jalan yang ditunjukkannya. Tapi, saat kami mencoba menerobos semak dan menengok kembali, ibu tadi sudah menghilang. Kami tidak berpikir macam-macam, tapi dalam hati kami terus berterima kasih, apalagi kami membawa dua krucil. Terbayang kalau tersesat di antara tebing dan jurang saat hujan. Alhamdulillah, begitu tiba di Candi Ijo hujan deras pun langsung turun. Usai reda, panorama kabut menghilang perlahan berganti hijau yang keren, di ujung teman pejalan bisa mendapati garis pantai parangtritis yang tersohor. Tips  ke sini menjelang matahari balik ke peraduan.

Candi Banyunibo, Menawan Walau Sendiri

Foto Candi Banyunibo diambil dari areal persawahan

Bagian atap Candi Banyunibo menyembul di antara persawahan. Berkebalikan dengan Candi Ijo di puncak bukit, Candi Banyunibo terletak di kaki bukit pegunungan kidul. Lokasinya tak jauh di bawah dari kompleks Kraton Ratu Boko. Banyunibo dalam Bahasa Jawa berarti air yang jatuh (sengaja jatuh) hmmm... mungkin laksana air hujan yang jatuh begitulah menawannya Candi Budha ini kalau kataku. Meski sendiri, ia tak kalah menarik dengan candi lainnya lho.

Candi ini juga jauh lebih sepi dan sepertinya bukan favorit wisatawan. Namun, untuk menemukannya gampang kok. Searah dengan Kraton Ratu Boko, jika ke Ratu Boko ambil kiri dan naik bukit jika ke Banyunibo tinggal lurus. Lansekap persawahan bersebelahan dengan bukit merupakan pesona yang paling aku sukai dari sini. Sesekali deru pesawat di atas kepala yang bermanuver baik lepas landas maupun tinggal landas akan membuat kagum membayangkan pesawat segede itu bisa terbang dan mengantar penumpangnya melintasi batas. Sayangnya, waktu kami tiba di sini hari menjelang senja dan cuaca hujan sisa dari Candi Ijo sehingga tidak memutuskan masuk ke area candi. Hanya memandang dari luar pagar candi yang bagian bawahnya berupa batu karst dan desain atap berupa stupa. Antara jalan dan batas candi kami terpisah kali kecil yang dihubungkan jembatan sasak. Keren!

Candi Abang, Bukit Mistis

Lansekap diambil dari puncak Candi Abang

Letaknya diatas bukit di tengah hutan jati melewati Gua Sentono. Sebenarnya tidak jauh hanya sekitar 250 meter dari jalan raya Berbah - Prambanan. Tapi karena tertutup lebatnya pepohonan dan rumah penduduk yang berjauhan jadi terasa jauh. Aura mistis pun langsung menguar bahkan sebelum sampai di Candi Abang. Apa sih, Rina ini ya? Tapi tidak apa-apa ya, aku ceritain.

Untuk menemukan lokasi ini ternyata berbekal google maps saja tidak cukup. Meski aku sudah bertanya beberapa orang susah juga menemukannya, padahalnya lokasinya sudah dilalui berkali-kali. Begitu juga dengan kawan yang datang dari arah Jogja, kami sengaja bertemu di sini sekaligus bersilaturahim. Nah, ia juga mengaku bingung hingga bertanya pada penduduk. Sampai akhirnya daripada saling mencari, aku dan krucil memilih menunggunya di depan SMP N 3 Berbah untuk mencari Candi Abang bersama.

Entah karena apa ya, kami hampir saja lurus lagi tapi untung saja plang dari Balai Pelestarian Cagar Budaya menghentikan kami. Plangnya nyempil di bawah plang yang lebih besar ukurannya. Kata kami ukurannya kurang besar. Makanya dari tadi kami tak menemukannya karena kurang awas. Kami berbelok mengikuti arah plang dan mulai masuk pada jalan nan sunyi berkelok, dan menanjak. Atas saran warga kami parkir dan meneruskan berjalan kaki sekitar 100 meter sebab katanya jalannya susah.

Kami menembus hutan jati yang lembab dan licin. Hampir mendekati candi, kami menanjak di jalan bebatuan karst. Pepohonan mulai jarang. Jalanan bebatuan yang kami injak justru mirip aliran air kala hujan yang ciamik. Di puncak bukit itulah Candi Abang tersembunyi. Candinya belum ada yang ada gundukan rumput mirip bukit teletubbies. Yup, candinya masih tersembunyi dalam tanah tersebut. Sebab, belum banyak penelitian dan informasi terkait candi ini. Hanya saja dinamakan Candi Abang karena terbuat dari batu bata berwarna merah (abang). Umurnya pun diperkirakan lebih muda dari candi-candi yang lainnya.

Berdiri di puncak candi, teman pejalan bisa melihat 360 derajat sejauh mata memandang dari pegunungan kidul, Gunung Merapi, kota Jogja , hingga garis pantai. Namun, sewaktu asyik berfoto-foto, krucil yang  terus ngajakin pulang. Padahal biasanya kalau main betah. Ia terus merengek sambil bilang takut - takut makin merinding akunya. Apalagi waktu datang ga ada orang. Hanya ada dua bapak-bapak sedang merumput yang kemudian entah kemana. Instagramable banget baik saat matahari terbit maupun terbenam.

GUIDES
Selain kelima candi tersebut, masih banyak reruntuhan candi di sekitar Prambanan ini yang bisa teman pejalan jelajahi. Banyaknya candi ini menjadi bukti peradaban tinggi di sini pada zamannya.

Candi –candi tersebut lokasinya berdekatan dalam artian bisa ditempuh dalam waktu sehari. Tapi jauh-jauh ke Prambanan apa hanya akan melintasi dan melihat keelokannya dari luar saja. Saran dari aku sih nikmati setiap candi, karena beda candi pasti beda cerita dan pesonanya. Sebagai gambaran, hari pertama bisa mengunjungi Candi Plaosan Lor-Kidul dan Candi Barong. Hari kedua, Candi Ijo-
Candi Banyunibo-Candi Abang pulangnya mampir makan bakso Tirtosari dan es campur. Menunya memang biasa, tapi tekstur baksonya lembut banget. Lokasinya di seberang Kecamatan Prambanan, pinggir jalan Raya Jogja-Solo.

Bermalamnya?
Kalau aku memang nginapnya di rumah. Karena kebetulan dekat dan memang lokasi liburan kami selama ini masih radius dekat rumah baik saat pulang kampung maupun ketika di Bandung. Pertimbangannya duo krucil yang masih kecil-kecil.

Nah, kalau teman pejalan ingin tour de temples, #KapanAjaBisa dengan Hotel Airy Rooms. Belum mempunyai aplikasinya, download dulu di sini, yuk! Cari penginapannya bisa diatur radius terdekat dengan landmark Candi Prambanan lho. Ketika aku mencoba Cari Kamar Airy Rooms beberapa muncul, rekomendasi terdekat dari aku, kalau memilih di Klaten ada nih lokasinya dekat Museum Gula satu-satunya di Asia Tenggara. Masih alami pedesaaan banget. Cocok kalau ingin menjauh dari kebisingan kota. Kalau kamu menggunakan kendaraan pribadi bisa nih dicoba. Tapi, kalau kamu menggunakan pesawat, cari penginapannya yang dekat Bandara Adi Sucipto saja ya (lihat peta bawah). Ada nih lokasinya berseberangan dengan Candi Kalasan. Jadi teman pejalan bisa sekaligus berkunjung dengan jalan kaki ke sini. Agak jeli ya, walau tidak jauh dari Jalan Raya Jogja – Solo tapi tertutup rumah warga, jalan masuknya juga tidak luas.

Aku merekomendasikan hotel Airy Rooms sebab memberikan 7 jaminan kenyamanan di setiap kamarnya yaitu tempat tidur yang bersih dan nyaman, AC, shower air panas, TV layar datar, Wifi gratis, perlengkapan mandi dan air minum gratis. Sekarang telah hadir di lebih dari 80 kota di Indonesia dengan harga terjangkau, dimulai dari Rp 150 ribu saja! Lima fakta lainnya:
1. Cukup masukkan nama daerah/landmark tujuanmu. Seperti yang tadi aku uraikan di atas saat mencari penginapan dekat Prambanan ya.


2. Memiliki tiga tipe kamar. Pas juga buat kantong bacpacker untuk harga termurah di Airy Eco, Airy Standart untuk hotel bintang 1-3, dan Airy Premier untuk pengalaman menginap mewah.


3. Promo setiap bulannya. Ini bener banget lho, kalau sudah download aplikasi Airy Rooms, siap-siap notifikasi di HP kamu. Promo-promonya sangat menggiurkan. Salahsatun contohnya promo tidak hanya buat pemegang kartu bank tapi juga bagi pemegang kartu BPJS ketenagakerjaan nih. Jangan lupa informasi dan promo terbaru bisa diperoleh dengan follow media sosialnya. Instagram: @airyindonesia, Twitter: @airyindonesia, Facebook: Airy Indonesia


4. Souvenir dari Airy Rooms. Pouch perlengkapan mandi beserta isinya yang bernuansa biru dan berlogo Airy Rooms bisa dibawa pulang lho. Eits kalau bantal dan kotak snack jangan ya, karena digunakan untuk tamu berikutnya.


5. Camilan dan air minum gratis setiap hari. Wah, bisa berhemat untuk urusan perut ya.

Masih belum yakin, ini review dari teman aku yang biasa menggunakan Airy Rooms. Dia teman sesama local guide. Sebenarnya, bulan kemarin aku sempat dapat voucher juga dari Airy Rooms atas kontribusi di google local guide tapi karena teman mendadak butuh untuk menginap di Semarang, dipakai dia dulu gapapa. Berhubung krucil bungsu (1,5 tahun) jalannya sudah lancar, aku dan keluarga mau juga sekali-kali staycation di luar kota. Harapannya Airy Rooms segera hadir di daerah-daerah dan seluruh Indonesia. Colekin yang mempunyai penginapan nih. Soalnya sewaktu aku mencari untuk daerah Garut dan Tasikmalaya belum ditemukan padahal pantai selatan di sana kan mulai terangkat namanya, sayang nih Airy Rooms belum masuk.

Testimoni pengalaman teman
dengan Airy Rooms

Transportasinya?
Kalau menggunakan kendaraan pribadi sih memang enak ya. Tapi kalau tidak, untuk tour d’candi ini sebaiknya sewa kendaraan atau sepeda karena semuanya rada susah jika menggunakan angkutan umum. Namanya juga candi tersembunyi ya kan teman pejalan. Tapi, tenang plang penunjuk sudah cukup jelas kok. Ada juga google maps yang siap membantu dan keramahan penduduknya siap menjawab kebingungan kamu. 

Rute tour d’candi alias tour de temples ala aku. Bikin juga versi kamu ya, #KapanAjaBisa kan ada Airy Rooms. 


Keterangan:
Simbol bintang warna hijau untuk lokasi candi yang aku datangi
Simbol @ lokasi Airy Rooms terdekat

*foto-foto dokumen perjalanan pribadi, tentang Airy Rooms dari aplikasi/laman resmi www.airyrooms.com 

Happy walking,

2 komentar:

  1. Wa aku baru tau ada candi ijo. Thanks infonya Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo kesana mbak, pemandangannya keren lho :)

      Hapus

Kain “Jarik”, Gendongan Andalan Saat Walking

Sudah nyoba gendongan dari model kangguru, oshin, ini itu yg moderen pake ceklap ceklip pokoke wuakeh, tetep aja nggak ada yg bisa ng...