About Me
Perjalanan yang selalu kurindukan adalah mendaki puncak-puncak tertinggi. Karena itu tentang mimpi dan bagaimana kita bangun untuk mewujudkannya. Saat yang lain tertidus pulas, kita menembus dingin dan berjuang dengan tarikan nafas melawan makin minimnya oksigen. Saat yang lain mengucek mata terbangun dari tidur, dengan mata kita melihat dan bersyukur atas kuasaNya. Hidup tak selalu mendongak ke atas tapi adakalanya kita harus menunduk ke bawah. Itulah artinya puncak bukan pongah.
Aku sedang rehat bukan berarti berhenti. Karena impianku, mengutip Junghuhn, "salamku padamu gunung-gunung" masih panjang. Aku memang bukan anak muda lagi, tapi justru di umur ini aku menyadari gunung adalah bagian dari diriku yang akan kukenalkan juga pada duo krucilku. Sabar ya, Nak. Waktu yang tepat itu akan Alloh berikan pada kita. Kita akan mendaki bareng, ajak ayah juga ya :)
Teman pejalan, kalau suka mendaki pasti tahu foto diatas diambil dimana? Itu adalah pendakian paling berkesanku. Bukan yang pertama tapi karena aku berani menembus batas. Hayooo... dimana?
Danke sudah mau mampir ke blog aku yang masih bau kencur ini. Kalau mau mendaki bareng atau sekedar walking-walking together, please contact me:
pejalancerdik@gmail.com or follow my instagram @pejalancerdik
Happy walking :)
Langganan:
Postingan (Atom)
Kain “Jarik”, Gendongan Andalan Saat Walking
Sudah nyoba gendongan dari model kangguru, oshin, ini itu yg moderen pake ceklap ceklip pokoke wuakeh, tetep aja nggak ada yg bisa ng...

-
Nama Curug Dago mungkin tak sefamiliar dengan Dago itu sendiri. Dago merupakan salah satu image kota Bandung. Tak lengkap rasanya kalau ke ...
-
Gambar diambil dari buku Jawa Tempo Doeloe, Komunitas Bambu Tahun 1815, negarawan Inggris Sir Thomas Stamford Raffles menuliskan...
-
Kabut mulai turun. Air sisa curahan hujan terkadang masih jatuh mengenai kulit. Hawa dingin mulai merambah. Suhu di kawasan dengan ketin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar