Apa yang paling menyenangkan buat anak-anak? Salah satunya, saat apa yang
biasa mereka lihat dalam buku cerita dan televisi nyata di hadapan mereka. Bisa
lokasinya, tokohnya, animasi, kartun, dan lain-lain.
Setidaknya itu yang bisa aku tangkap dari duo krucilku, satu balita dan
satu batita. Keduanya heboh saat melihat bus di jalan, efek menonton kartun Tayo, Little Friendly Little Bus dan
sering diputarkan lagu anak The Wheels On
The Bus. Saat berkesempatan ke hutan, mereka tak kalah excited, sebab sudah mempunyai gambaran hutan lewat kartun Detektif Peet , pemecah kasus di hutan.
Mereka akan mulai menunjuk pohon, hewan seperti biasa dilihat dan berkata,
"Sama... sama... ya, Ibu."
Begitu pula takjub saat melihat
langsung dinosaurus yang biasa dilihat gambarnya dalam buku, iklan, kemasan
snack, dan film seperti Jurassic Park dan The Minion. Dinosaurus hidup? Ya,
enggaklah. Kan hidupnya 140 juta tahun yang lalu di zaman mesozoikum (zaman
sekunder).
Di Bandung, kita bisa menemukan replika Tyrannosaurus
Rex kadal yang kejam di Museum
Geologi. Rangka-rangka yang disusun menyerupai bentuk aslinya. Tinggi dan besar
untuk ukuran makhluk sekarang tapi tidak di zamannya.
Museum membosankan? Tergantung sih
ya. Tapi kalau ke sini sepertinya tidak. Pajangan dan informasinya terpampang
jelas. Kita bisa mempelajari dan memahaminya. Audio visualnya oke. Sehingga
atraktif dan tidak monoton.
Tips 1: datang dengan teman yang sehobi atau berminat di bidang geologi sehingga bisa saling sharing, talk, dan diskusi selama menikmati atraksi di museum.
Pas sebagai wisata edukasi untuk anak tapi tetap harus didampingi. Kalau
tidak ya mereka cuma lari kesana sini. Kita capek mengejar polahnya. Sebagai
ibu, aku pun mencoba mengenalkan tentang kebumian ini ya tentunya dengan bahasa
yang mudah dipahami, sederhana, dan tidak usah detail terlebih dahulu. Karena
si Namiya, lagi masa eksplorasi kok jadi malah aku yang kewalahan
menjawab.
Museum Geologi dibangun tahun 1928 dirancang oleh ir Menalda van
Schouvburg, seorang Belanda. Awalnya merupakan tempat menyimpan hasil penelitian
geologi dengan nama Geologisch Laboratorium. Setelah mengalami pasang surut,
museum direnovasi kembali dengan bantuan Jepang. Museum bergaya Art Deco ini diresmikan
tahun 2000 oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.
Museum memiliki dua lantai. Lantai pertama, ruang sebelah kiri adalah Ruang
Geologi Indonesia. Begitu masuk, kamu disambut video tentang planet dalam
sistem tata surya. Wah, seru sekali. Ada juga penampang bola dunia yang diiris
sehingga pengunjung bisa mengetahui isi perut bumi. Di dalam sini berisi peraga
tentang asal mula dan pergerakan bumi. Peta geologi Indonesia dan gambaran
pantai yang mewakili proses geologi di Indonesia.
Setelah dari situ balik lagi dan menyeberang masuk ke pintu sebelah kanan
kalau dari entrance. Ruangan ini yang
berisi fosil makhluk purba dan merupakan Ruang Sejarah Kehidupan. Bagi pecinta
sejarah terbentuknya Bandung, kamu bakalan paham dengan cekungan Bandung lewat
alat peraga di sini.
Waktu di situ kami mendengar speaker
ada pemutaran film di lantai yang sama. Cuma pas diajak nonton film di
auditorium belum juga 5 menit, Namiya minta keluar dan Oziel mulai merengek
karena gelap mungkin ya. Padahal ibunya masih penasaran. Ya sudahlah mengalah.
Auditorium ini ada di pojok belakang.
Akhirnya kami naik ke lantai dua. Sebelah kiri gambaran manusia purba,
simulasi gempa, dan gambaran gunung meletus. Bahkan benda-benda saksi erupsi
merapi 2010 tersimpan di sini. Antara ruang ini dan sebelahnya terdapat selasar
atau ruang kosong. Bisa beristirahat karena disediakan tempat duduk. Di bagian
ini juga terdapat maket tambang emas dan pengeboran minyak bumi.
Masuk ke ruang selanjutnya banyak display
beraneka jenis batuan hingga proses hidrologi seperti terbentuknya hujan.
Nah, puas-puasin ya di dalam
museum karena kita bisa belajar banyak hal. Makanya museum ini menjadi tujuan study tour anak sekolah dari berbagai
kota. Kalau sudah cukup, sebelum pintu keluar ada ruang foto 3 dimensi. Jadi
kita berasa di zaman jurrasic
begitu tapi sayang Namiya tidak mau malah kabur ke souvenir shop di sebelahnya. Jangan lupa beli cinderamata sebagai
tanda kamu pernah ke sini ya :)
Tips 2: memulai rute jelajah museum dari Ruang Sejarah Kehidupan (sebelah kiri entrance) lalu ke auditorium. Lanjut naik ke lantai 2, masuk pintu sebelah kiri keluar dari pintu yang lain. Bisa duduk dahulu, sebelum masuk ruang display batuan dan keluar dari pintu yang lain. Melihat maket pertambangan. Turun tangga masuk Ruang Geologi Indonesia (sebelah kanan entrance) langsung keluar melalui ruang foto dan toko souvenir. Jangan seperti kami jadi bolak balik.
Mau Ke sini
Gampang banget, dekat dengan Gedung Sate, Kantor Gubernur Jawa Barat.
Biasanya banyak bus-bus besar rombongan study
tour dari luar kota. HTM Rp 3000,00
Alamatnya: Jl. Diponegoro No 57. Kalau dari arah Gedung Sate letaknya di
sisi jalan sebelah kiri. Lokasinya yang strategis, membuat akses angkutan umum
sangat mudah ke sini. Fasilitas penunjang seperti toilet dan tempat parkir
bagus. Bahkan ada fasilitas medis.
*foto-foto dokumen pribadi, sayang foto yang kualitas bagus entah nyelip dimana atau malah tak sengaja kehapus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar