|
Gambar diambil dari buku Jawa Tempo Doeloe, Komunitas Bambu |
Tahun 1815, negarawan Inggris Sir Thomas Stamford Raffles menuliskan
tentang reruntuhan Candi Prambanan tak jauh dari Kali Opak. Sekarang, komplek
candi Hindhu yang bernama asli Shivagrha (rumah Siwa, Bahasa Sansekerta) itu
disebut-sebut termegah dan terbesar di Indonesia. Secara pribadi, candi yang
terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini
merupakan saksi bisu saat nglaju sekitar
empat tahun Klaten – Jogja untuk menimba ilmu di UGM. Aku pun pernah beberapa
kali menjadi local guide sewaktu
mahasiswa di sini.
Kemegahan arsitektur batuan bertingkat tanpa semen yang
seolah melambai-lambai dan tersenyum pada siapa saja itu nyatanya berbanding terbalik dengan mitos yang menyemat. Bahwa,
siapa saja yang sedang pacaran bertandang ke Candi Prambanan akan putus atau
tak akan sampai ke jenjang pernikahan. Hal ini terkait pada kisah kasih tak
sampai Bandung Bondowoso pada Loro Jonggrang sekitar abad ke-9 atau tahun 850
masehi masa Wangsa Sanjaya. Kutukan Bandung Bondowoso yang ditolak cintanya
mewujud pada arca Loro Jonggrang untuk menggenapi seribu candi permintaan dara
jelita itu sendiri. Candi Loro Jonggrang atau Candi Sewu ini bisa ditemui di bagian belakang komplek
Candi Prambanan.
Mitos ini pun masih dipercaya masyarakat sekitar hingga
kini. Termasuk Buk’e yang
mewanti-wanti agar aku tak menemani abah
(masih calon mertua saat itu) yang sangat ingin main ke Candi Prambanan usai
lamaran. Lalu aku teringat kata salahsatu guru saat SMA, bahwa yang menyebabkan
putus itu bukan karena mitosnya tapi karena saat berwisata ke Candi Prambanan
kita akan bertemu pelancong lain yang lebih cantik atau ganteng dari pasangan
kita. Sehingga dengan kata lain goyahlah rasa cinta. Hmmm logis juga kan ya :D
Bicara tentang candi, masih banyak lho serpihan candi-candi di sekitar Candi Prambanan dan Kraton Ratu
Boko. Memang kalah familiar sih tapi
pesonanya jangan salah. Nah, ini lima di antaranya yang aku kunjungi belum lama
ini sewaktu pulang kampung di Klaten dari Bandung.
Candi Plaosan, Bukti
Cinta Sejati Nan Abadi
|
Perpaduan arsitektur Hindhu dan Budha di Candi Plaosan Lor |
Kalau teman suka memperhatikan, candi ini pernah menjadi
ikon RCTI kalau menyudahi atau memulai acara. Pernah juga sih menjadi salahsatu setting
FTV SCTV berjudul Backpaker Kece Tapi Kere
:D Kompleksnya memang tak sebesar Candi Prambanan, tapi cerita dibaliknya
tak kalah menarik lho. Jika Candi
Prambanan identik dengan kasih tak sampai, kalau di Candi Plaosan sebaliknya. Kalau
kalian ingin langgeng dengan pasangan hayuk
segera diagendakan ke sini. Kenapa bisa begitu? Karena candi ini menjadi
simbol cinta sejati yang abadi, walaupun berbeda tapi bukan alasan untuk tak
bisa bermahligai. Bangunan ini juga bisa melambangkan toleransi antar umat
beragama sejak dulu. Rakai Pikatan yang juga memulai pendirian Candi Prambanan
adalah pemuja Siwa atau Hindu, sedangkan Pramoedhawardhani merupakan penganut
Budha dari wangsa Syailendra. Candi ini berdiri pada masa Kerajaan Medang atau
Mataram kuno.
Cinta kasih tersebut diwujudkan dalam bangunan candi
kembar. Di sebelah utara menggambarkan
perempuan dan sebelahnya menggambarkan laki-laki. Di kompleks ini teman pejalan
akan menjumpai perpaduan arsitektur Hindhu dan Budha, misalnya candi perwara
yang identik dengan Hindhu dan adanya stupa di beberapa bagian yang identik
dengan Budha seperti di Candi Borobudur. Historinya mirip-mirip pembangunan Taj
Mahal oleh Sultan Moghul Shah Jahan kepada istrinya di Agra, India. Teman
pejalan kepingin gak? Walau pasangan
kita belum bisa memberikan seperti Mbah Harto (Presiden pertama RI) yang
membuatkan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) buat Ibu Tien, seenggaknya supaya
selalu kasih sayang sepanjang masa ya. Mungkin dengan harapan demikian, beberapa
kali, aku menjumpai di sekitaran tempat ini untuk lokasi pengambilan gambar pre-wed.
Ohya, jam terbaik ke sini
adalah sunrise dan sunset yang instagramable, kalau siang panas begitu terik sehingga harus
membawa topi atau bisa membeli di lapak-lapak souvenir yang ada di sekitaran
candi.
Jika kita berjalan sekitar 200 meter ke arah selatan
terdapat komplek Candi Plaosan Kidul. Tak sebesar Candi Plaosan Lor dan belum
banyak informasi untuk candi ini. Masuknya pun bebas dan tidak berbayar. Kalau
teman pejalan ada yang tahu tentang Candi Plaosan Kidul sharing di kolom komentar ya.
|
Reruntuhan di Candi Plaosan Kidul |
Candi Barong,
Perlambang Kesuburan
|
Salahsatu bangunan di komplek Candi Barong |
Letaknya mblusuk melewati
hutan jati dengan ciri khasnya perbukitan tandus dan karst. Untuk ke sini keluar
dari Candi Prambanan ambil jalan ke arah kiri sebelum gapura perbatasan (depan
toko emas), ikuti saja terus, jalannya sudah beraspal. Akan mulai naik
mengawali jajaran pegunungan kidul melewati Abhyagiri, terus saja sampai
menemukan Candi Barong di kanan jalan. Sebab,
waktu kami ke sini, kami malah takut kesasar karena sudah jarang
pemukiman dan jalanan yang lengang.
Lokasi candi berada setelah reruntuhan Candi Sambirejo yang
tengah di restorasi. Candi Barong menghadap ke arah terbenamnya sang mentari.
Kiat ke sini saat sunset bakal tak
terlupakan deh. Matahari perlahan
akan terbenam di balik bukit-bukit tak kalah dengan scene yang biasa di film-film.
Awalnya candi ini bernama Suragedug, tapi karena banyaknya
hiasan kala atau barong di sekeliling candi kemudian dinamakan Candi Barong
(Bakhruang, baruang, dalam Bahasa Kawi kebaikan atau kemenangan). Kemungkinan
penduduk juga mengharapkan kemenangan dengan hasil ladang. Sebab, bangunan
Hindhu yang dibangun sekitar abad 8-9 ini digunakan untuk memuja Dewa Wishnu
(pemelihara) dan istrinya Dewi Laksmi (kesuburan). Mengingat kondisi geografi
yang kurang subur. Sehingga candi ini dikenal juga dengan Candi Perlambang
Kesuburan.
Hmmm... dari pelataran candi utama ke arah tenggara kita
bisa melihat tebing breksi yang lagi ngehits
itu nun di kejauhan. Kalau teman pejalan menggunakan motor trail atau mobil off road
bisa langsung ke tebing breksi tembus ke Candi Ijo dengan mengikuti jalan di
depan Candi Barong ini. Tapi, kalau tidak mending balik lagi yah. Begitu turun bukit cari dan ambil
jalan ke kanan untuk memotong ke Jalan Raya Piyungan (Ratu Boko)
Candi Ijo, Candi
Tertinggi di Jogja
|
Bangunan utama di Candi Ijo |
Candi Ijo (hijau) berada di perbukitan Batur Agung. Candi
ini begitu kita belok kiri dari jalan raya Prambanan - Piiyungan sudah terlihat
dari bawah. Sempetin mndongak ke atas
ya. Petunjuk dari papan dishub jelas dan jalanan sudah mulus tapi hati-hati
karena jalanan akan terus menanjak dengan kiri kanan pemandangan yang ciamik.
Begitu melewati tebing breksi di kiri jalan tak lama akan sampai di Candi Ijo,
persis di puncak bukit Gumuk Ijo. Karena itu candi ini dinamakan Candi Ijo.
Saking tingginya drone
tidak diperbolehkan di sini kecuali izin. Kata petugas candi karena takut
menganggu lalu lintas penerbangan. Dari sini, teman pejalan bisa menghadapkan
wajah ke arah barat bawah dan melihat landasan pacu Bandara Adi Sucipto. Di
arah utara Gunung Merapi begitu kokoh.
Nah, masih kata petugas candi, candi ini
merupakan candi tertinggi di Yogyakarta dan sekitarnya yaitu berada pada ketinggian
kurang lebih 425 mdpl. Kita di puncak!!!
Di teras utama bangunan terdiri dari satu candi utama dan tiga
perwara atau pengapit. Di dalam ruangan Candi Ijo terdapat lingga yoni yang
merupakan simbol kesuburan. Perwara bagian tengah melindungi arca nandi
(kendaraan Dewa Wisnu), di sebelah kiri berisi singgasana, dan perwara paling
kanan merupakan sumuran.
Tak jauh dari kompleks Candi Ijo terdapat Situs Sumur
Bandung. Kalau mau ke sini sedikit trekking
di jalanan setapak yang biasa dilalui warga mencari kayu bakar. Dalam
perjalanan kembali dari Sumur Bandung karena cuaca mendadak ekstrim dari panas
menjadi hujan petir kami hampir tersesat. Untunglah, ada ibu-ibu yang memanggul
kayu, memberitahu kalau kami salah jalan dan menyuruh kami kembali untuk
mengikuti jalan yang ditunjukkannya. Tapi, saat kami mencoba menerobos semak
dan menengok kembali, ibu tadi sudah menghilang. Kami tidak berpikir
macam-macam, tapi dalam hati kami terus berterima kasih, apalagi kami membawa
dua krucil. Terbayang kalau tersesat di antara tebing dan jurang saat hujan. Alhamdulillah,
begitu tiba di Candi Ijo hujan deras pun langsung turun. Usai reda, panorama
kabut menghilang perlahan berganti hijau yang keren, di ujung teman pejalan bisa
mendapati garis pantai parangtritis yang tersohor. Tips ke sini menjelang matahari balik ke peraduan.
Candi Banyunibo, Menawan
Walau Sendiri
|
Foto Candi Banyunibo diambil dari areal persawahan |
Bagian atap Candi Banyunibo menyembul di antara persawahan.
Berkebalikan dengan Candi Ijo di puncak bukit, Candi Banyunibo terletak di kaki
bukit pegunungan kidul. Lokasinya tak jauh di bawah dari kompleks Kraton Ratu
Boko. Banyunibo dalam Bahasa Jawa berarti air yang jatuh (sengaja jatuh) hmmm...
mungkin laksana air hujan yang jatuh begitulah menawannya Candi Budha ini kalau
kataku. Meski sendiri, ia tak kalah menarik dengan candi lainnya lho.
Candi ini juga jauh lebih sepi dan sepertinya bukan favorit
wisatawan. Namun, untuk menemukannya gampang kok. Searah dengan Kraton Ratu Boko, jika ke Ratu Boko ambil kiri
dan naik bukit jika ke Banyunibo tinggal lurus. Lansekap persawahan
bersebelahan dengan bukit merupakan pesona yang paling aku sukai dari sini.
Sesekali deru pesawat di atas kepala yang bermanuver baik lepas landas maupun
tinggal landas akan membuat kagum membayangkan pesawat segede itu bisa terbang
dan mengantar penumpangnya melintasi batas. Sayangnya, waktu kami tiba di sini
hari menjelang senja dan cuaca hujan sisa dari Candi Ijo sehingga tidak
memutuskan masuk ke area candi. Hanya memandang dari luar pagar candi yang bagian bawahnya berupa batu karst dan desain atap berupa stupa. Antara jalan dan batas candi kami terpisah kali kecil yang dihubungkan jembatan sasak. Keren!
Candi Abang, Bukit
Mistis
|
Lansekap diambil dari puncak Candi Abang |
Letaknya diatas bukit di tengah hutan jati melewati Gua
Sentono. Sebenarnya tidak jauh hanya sekitar 250 meter dari jalan raya Berbah -
Prambanan. Tapi karena tertutup lebatnya pepohonan dan rumah penduduk yang
berjauhan jadi terasa jauh. Aura mistis pun langsung menguar bahkan sebelum
sampai di Candi Abang. Apa sih, Rina
ini ya? Tapi tidak apa-apa ya, aku ceritain.
Untuk menemukan lokasi ini ternyata berbekal google maps saja tidak cukup. Meski aku
sudah bertanya beberapa orang susah juga menemukannya, padahalnya lokasinya
sudah dilalui berkali-kali. Begitu juga dengan kawan yang datang dari arah
Jogja, kami sengaja bertemu di sini sekaligus bersilaturahim. Nah, ia juga
mengaku bingung hingga bertanya pada penduduk. Sampai akhirnya daripada saling
mencari, aku dan krucil memilih menunggunya di depan SMP N 3 Berbah untuk
mencari Candi Abang bersama.
Entah karena apa ya, kami hampir saja lurus lagi tapi untung
saja plang dari Balai Pelestarian Cagar Budaya menghentikan kami. Plangnya
nyempil di bawah plang yang lebih besar ukurannya. Kata kami ukurannya kurang
besar. Makanya dari tadi kami tak menemukannya karena kurang awas. Kami berbelok mengikuti arah plang dan mulai masuk pada jalan nan
sunyi berkelok, dan menanjak. Atas saran warga kami parkir dan meneruskan
berjalan kaki sekitar 100 meter sebab katanya jalannya susah.
Kami menembus hutan jati yang lembab dan licin. Hampir
mendekati candi, kami menanjak di jalan bebatuan karst. Pepohonan mulai jarang.
Jalanan bebatuan yang kami injak justru mirip aliran air kala hujan yang
ciamik. Di puncak bukit itulah Candi Abang tersembunyi. Candinya belum ada yang
ada gundukan rumput mirip bukit teletubbies. Yup, candinya masih tersembunyi dalam tanah tersebut. Sebab, belum
banyak penelitian dan informasi terkait candi ini. Hanya saja dinamakan Candi
Abang karena terbuat dari batu bata berwarna merah (abang). Umurnya pun
diperkirakan lebih muda dari candi-candi yang lainnya.
Berdiri di puncak candi, teman pejalan bisa melihat 360
derajat sejauh mata memandang dari pegunungan kidul, Gunung Merapi, kota Jogja
, hingga garis pantai. Namun, sewaktu asyik berfoto-foto, krucil yang terus ngajakin
pulang. Padahal biasanya kalau main betah. Ia terus merengek sambil bilang
takut - takut makin merinding akunya. Apalagi waktu datang ga ada orang. Hanya ada dua bapak-bapak sedang merumput yang kemudian entah kemana. Instagramable banget baik saat matahari
terbit maupun terbenam.
GUIDES
Selain kelima candi tersebut, masih banyak reruntuhan candi
di sekitar Prambanan ini yang bisa teman pejalan jelajahi. Banyaknya candi ini menjadi bukti peradaban tinggi di
sini pada zamannya.
Candi –candi tersebut lokasinya berdekatan dalam artian bisa
ditempuh dalam waktu sehari. Tapi jauh-jauh ke Prambanan apa hanya akan melintasi
dan melihat keelokannya dari luar saja. Saran dari aku sih nikmati setiap candi, karena beda candi pasti beda cerita dan
pesonanya. Sebagai gambaran, hari
pertama bisa mengunjungi Candi Plaosan Lor-Kidul dan Candi Barong. Hari kedua,
Candi Ijo-
Candi Banyunibo-Candi Abang pulangnya mampir makan bakso Tirtosari
dan es campur. Menunya memang biasa, tapi tekstur baksonya lembut banget. Lokasinya di seberang Kecamatan
Prambanan, pinggir jalan Raya Jogja-Solo.
Bermalamnya?
Kalau aku memang nginapnya
di rumah. Karena kebetulan dekat dan memang lokasi liburan kami selama ini masih
radius dekat rumah baik saat pulang kampung maupun ketika di Bandung.
Pertimbangannya duo krucil yang masih kecil-kecil.
Nah, kalau teman pejalan ingin tour de temples,
#KapanAjaBisa
dengan Hotel
Airy Rooms. Belum mempunyai aplikasinya,
download dulu
di sini, yuk! Cari penginapannya bisa diatur radius terdekat
dengan
landmark Candi Prambanan
lho. Ketika aku mencoba Cari Kamar Airy
Rooms beberapa muncul, rekomendasi terdekat dari aku, kalau memilih di Klaten
ada
nih lokasinya dekat Museum Gula
satu-satunya di Asia Tenggara. Masih alami pedesaaan banget. Cocok kalau ingin
menjauh dari kebisingan kota. Kalau kamu menggunakan kendaraan pribadi bisa
nih dicoba. Tapi, kalau kamu menggunakan
pesawat, cari penginapannya yang dekat Bandara Adi Sucipto saja ya (lihat peta
bawah). Ada
nih lokasinya
berseberangan dengan Candi Kalasan. Jadi teman pejalan bisa sekaligus berkunjung dengan jalan kaki ke sini.
Agak jeli ya, walau tidak jauh dari Jalan Raya Jogja – Solo tapi tertutup rumah
warga, jalan masuknya juga tidak luas.
Aku merekomendasikan hotel Airy Rooms sebab memberikan
7
jaminan kenyamanan di setiap kamarnya yaitu tempat tidur yang bersih dan
nyaman, AC,
shower air panas, TV
layar datar, Wifi gratis, perlengkapan mandi dan air minum gratis. Sekarang
telah hadir di lebih dari 80 kota di Indonesia dengan harga terjangkau, dimulai dari Rp
150 ribu saja!
Lima fakta lainnya:
1. Cukup masukkan nama daerah/landmark tujuanmu. Seperti
yang tadi aku uraikan di atas saat mencari penginapan dekat Prambanan ya.
2. Memiliki tiga tipe kamar. Pas juga buat kantong
bacpacker untuk harga termurah di Airy
Eco, Airy Standart untuk hotel bintang 1-3, dan Airy Premier untuk pengalaman
menginap mewah.
3. Promo setiap bulannya. Ini
bener banget lho, kalau sudah
download
aplikasi Airy Rooms, siap-siap notifikasi di HP kamu. Promo-promonya sangat
menggiurkan. Salahsatun contohnya promo tidak hanya buat pemegang kartu bank tapi juga bagi pemegang kartu BPJS ketenagakerjaan
nih. Jangan lupa informasi dan promo terbaru bisa diperoleh dengan
follow media sosialnya.
Instagram: @airyindonesia, Twitter: @airyindonesia, Facebook: Airy Indonesia
4. Souvenir dari Airy Rooms. Pouch perlengkapan mandi beserta isinya yang bernuansa biru dan
berlogo Airy Rooms bisa dibawa pulang lho.
Eits kalau bantal dan kotak snack jangan ya, karena digunakan untuk tamu
berikutnya.
5. Camilan dan air minum gratis setiap hari. Wah, bisa berhemat
untuk urusan perut ya.
Masih belum yakin, ini review dari teman aku yang biasa
menggunakan Airy Rooms. Dia teman sesama
local
guide. Sebenarnya, bulan kemarin aku sempat dapat voucher juga dari Airy
Rooms atas kontribusi di
google local
guide tapi karena teman mendadak butuh untuk menginap di Semarang, dipakai
dia dulu
gapapa. Berhubung krucil
bungsu (1,5 tahun) jalannya sudah lancar, aku dan keluarga mau juga sekali-kali
staycation di luar kota. Harapannya Airy Rooms
segera hadir di daerah-daerah dan seluruh Indonesia. Colekin yang mempunyai
penginapan
nih. Soalnya sewaktu aku
mencari untuk daerah Garut dan Tasikmalaya belum ditemukan padahal pantai
selatan di sana kan mulai terangkat namanya, sayang
nih Airy Rooms belum masuk.
|
Testimoni pengalaman teman
dengan Airy Rooms |
Transportasinya?
Kalau menggunakan kendaraan pribadi sih memang enak ya. Tapi kalau tidak, untuk tour d’candi ini
sebaiknya sewa kendaraan atau sepeda karena semuanya rada susah jika
menggunakan angkutan umum. Namanya juga candi tersembunyi ya kan teman pejalan.
Tapi, tenang plang penunjuk sudah cukup jelas kok. Ada juga google maps yang
siap membantu dan keramahan penduduknya siap menjawab kebingungan kamu.
Rute tour d’candi
alias tour de temples ala aku. Bikin juga versi kamu ya, #KapanAjaBisa kan ada Airy Rooms.
Keterangan:
Simbol bintang warna hijau untuk lokasi candi yang aku datangi
Simbol @ lokasi Airy Rooms terdekat
*foto-foto dokumen perjalanan pribadi, tentang Airy Rooms dari aplikasi/laman resmi www.airyrooms.com
Happy walking,